Jumat, 28 Desember 2018

BENARKAH JANDA ITU PENGGODA?



 










***Rustam Efendi Albugisi
=====================


Menjadi janda itu bukanlah harapan apalagi menjadi sebuah cita-cita. Statusnya juga bukanlah sebuah profesi apalagi menuntut untuk digeluti. Begitulah mungkin kalimat pembelaan yang sering terlontar dari mulut seorang wanita yang diberitakan miring karena berstatus janda.

Berdosakah jika harus menjadi janda?


Sebelum menguraikan lebih lanjut mengenai status janda, saya ingin mengutip satu ayat dari Alquran yang dengannya mudah-mudahan kita selalu berfikir realistis dan rasional dalam memberikan pandangan terlebih-lebih penilaian.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:13).

Ayat diatas selalu diulang hingga beberapa kali untuk memberikan penekanan akan banyaknya nikmat Allah yang bertebaran di langit dan dibumi.


Sahabat pembaca yang budiman!
Saya sengaja mengutip ayat diatas sebagai pembuka bahasan dalam tulisan ini semata-mata untuk memberikan pemahaman berpikir logis bahwa takdir Allah tidak pernah ada yang salah bahkan bisa berbuah nikmat. Demikian halnya menjadi janda. Menjadi janda itu bisa jadi sebuah nikmat. Mohon maafkan jika ayat yang saya sampaikan dianggap tidak nyambung dengan bahasan dalam tulisan. Tetapi, teruslah membaca sampai dengan selesai agar dapat mengambil kesimpulan yang lebih baik.


Mengapa menjadi janda itu bisa menjadi sebuah nikmat?

Jika seorang wanita memilih menjadi janda karena kehidupan rumah tangganya yang bukannya memberikan wangi aroma surga melainkan menghembuskan hawa panasnya neraka, maka pilihannya menjadi janda tentu sebuah nikmat. Nikmat karena terbebas dari sebuah penderitaan batin. Wanita meskipun diciptakan oleh Allah dengan perasaan paling kuat dan tajam dibanding laki-laki, namun wanita tetaplah manusia biasa yang punya batas kemampuan bertahan. Sehingga ketika kekuatan bertahannya mencapai ambang batas maksimal, maka keputusan terakhirnya itulah yang terbaik.

Nikmat tidak selalunya berupa harta yang berlimpah, pekerjaan yang bergengsi, keluarga yang menyenangkan atau sahabat yang memiliki kepedulian. Nikmat bisa berupa, iman, hati yang lapang, jiwa yang tenang dan pikiran yang selalu berbaik sangka. Jika seseorang wanita yang dalam rumah tangganya selalu ada prahara, tentu sangat membuat jiwanya tersiksa, bathinnya tidak tenang. Sehingga boleh jadi dia mengambil keputusan untuk merubah status menjadi janda. Apakah itu bukan sebuah nikmat? Tapi keputusan untuk merubah status menjadi janda itu juga harus mengikuti hukum syara’ yang telah ditetapkan.

Namun kita pada umumnya hanya selalu memandang sesuatu dari satu sudut pandang, dari satu pintu permasalahan sehingga cara pandang kita juga turut mempengaruhi penilaian kita yang menjadi tidak objektif.

Hukum tantang perceraian tidak akan dibahas disini karena itu akan melenceng jauh dari pokok bahasan utama dalam tulisan ini.

Lalu bagaimana dengan stigma janda itu penggoda?

Sahabat pembaca yang budiman!
Di sadari atau tidak, yang namanya wanita itu tidak terlepas dari sifat penggoda karena sifat itu memang sudah melekat pada diri wanita sejak ia pertama kali diciptakan. Apakah ada yang ingin mengatakan bahwa pernyataan diatas salah? Sah-sah saja mengutarakan pendapat. Tapi, coba kita simak kisah singkat berikut bagaimana bisa dikatakan bahwa wanita itu sudah penggoda sejak pertama kali diciptakan.

Ketika Allah sudah menciptakan Nabi Adam dengan bentuk berupa manusia, lalu dipanaskan dibawah matahari selama 40 hari, kemudian ditiupkan roh, lalu Nabi Adam menjadi hidup. Kehidupan Nabi Adam ditandai dengan bersin dan beliau langsung mengucapkan kata ‘Alhamdulillah’ yang langsung dijawab oleh malaikat ‘Yarhamukallah’. Itu lah proses yang menandai kehidupan Nabi Adam.

Setelah Nabi Adam diciptakan lalu dikatakan kepadanya untuk menempati surga dan menikmati semua apa-apa yang ada di dalamnya. Nabi Adam berjalan bertamasya seorang sendiri di dalam surga. Namun sifat-sifat kemanusiaannya yang seberapa pun banyaknya nikmat saat itu, Nabi Adam masih merasa kekurangan. Ada sesuatu yang tidak beres dalam benak dan akalnya. Namun Allah Maha Mengetahui.

Ketika Nabi Adam lelah bertamasya seorang diri, ia pun duduk bersandar disebuah pohon lalu tertidur. Dalam keadaan tertidur itulah Allah datang dan mengambil tulang rusuk Nabi Adam sebagai bahan dasar penciptaan makhluk bernama ‘wanita’. Ketika Nabi Adam terbangun, ia sangat kaget melihat ada makhluk serupa dengan dirinya namun ada perbedaan fisik yang mencolok. Pandangannya terpana, hatinya tergoda, jiwanya terhibur.
“Kamu siapa dan namamu siapa?” Tanya Nabi Adam.
“Aku makhluk sepertimu. Namun aku tidak tahu siapa namaku.” Jawabnya
“Kalau begitu aku beri kamu nama ‘Hawa’ yang artinya yang kurindukan.” Kata Nabi Adam.


Sahabat pembaca yang budiman!
Itu adalah kisah singkat bagaimana makhluk wanita ketika pertama kali diciptakan sudah memiliki daya tarik yang mempesona, menggoda setiap yang memandangnya, menghibur hati yang lara dan banyak lagi keistimewaan lain yang yang dimiliki oleh wanita yang jika salah memanfaatkan dan menempatkannya akan menyebabkan kerusakan yang dahsyat. Hanya saja kata penggoda itu selalu memiliki konotasi negatif jika disandang oleh seorang janda.

Oleh karena itu, para pembaca yang budiman terutama kalangan ibu-ibu, jangan dengan mudah memberikan stigma negatif pada kaummu sendiri. Sebab, stigma negatif pada kaum Hawa itu justru lebih banyak datangnya dari kalian sendiri. Mulai dari kata pelakor, janda penggoda, wanita genit, perempuan ganjen, wanita penghibur, dll. Seberapa pun marahnya kalian atas sikap salah seorang wanita atau janda, tahan lah lisan kalian untuk tidak berkata buruk. Jika kalian tidak bisa menjaga dan menghargai kaummu sendiri, lalu siapa yang akan menghargainya. Siapa yang akan menjaga nama baiknya. Laki-laki? Itu yang rasanya kalau bukan mustahil tapi hampir mustahil sebab kami sendiri kaum Adam harus berjuang keras untuk tidak tergoda pada pesona kalian. Kami sibuk untuk membentengi diri agar terhindar dari fitnah yang kalian sebabkan.
Sebab fitrah kalian untuk menggoda dan menghibur, dan fitrah kami untuk tergoda dan terhibur. Oleh sebab itu, mari kita sama-sama saling menjaga agar mampu menempatkan fitrahnya pada tempat yang semestinya, agar kaum Adam dan kaum Hawa bersama-sama selamat menuju ridho ilahi.

Apapun yang melekat pada diri seseorang, jangan cepat memberikan tanggapan miring atau memberi penilaian secara negatif. Bisa saja itu adalah nikmat bagi orang tersebut tanpa kita ketahui. Mungkin prosesnya memang menyakitkan sebab harus berawal dari sebuah prahara, namun boleh jadi itu adalah sebab jalan untuk mengecap lezatnya sebuah nikmat.
Jika ada seorang laki-laki entah yang sudah berkeluarga atau yang belum dan tergoda pada seorang janda, jangan tiba-tiba menghakimi jandanya bersalah karena belum tentu si janda itu sengaja menggoda. Boleh jadi laki-laki itu menemukan sesuatu yang baik pada diri janda itu. Pelajari lah kelebihan seorang janda agar kalian juga bisa memiliki kelebihan itu. Sebab apa yang ada pada diri seorang janda, hal itu semua sudah dimiliki oleh kalian para wanita.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:13).



Baca juga Perhiasan Dunia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar